Menjelajah berbagai destinasi memang telah ada di dalam bucket list saya. Tak sekadar memenuhi bucket list, traveling bagi saya lebih kepada pemuasan batin atau bahasa ekonomi ya kegiatan konsumsi. Mengorbankan sebagian pendapatan yang saya peroleh dari bekerja untuk menikmati jasa berupa aktivitas pariwisata untuk mendapatkan kepuasan. Selain kepuasan batin, tentu perlu kiranya untuk mengabadikan setiap momen jalan-jalan dalam sebuah foto. Itu adalah hal yang lazim, apalagi di era media sosial seperti saat ini. Memposting foto saat traveling rasanya memberikan efek positif bagi diri dan saya pun menyukainya. Sempat juga saya menuliskan cerita perjalanan saya dalam artikel di blog pribadi, namun aktivitas ini tidak serutin kebiasaan posting foto di Instagram.

Sampailah di suatu ketika, liburan singkat di Banten, tepatnya Pantai Anyer. Di depan sebuah bangunan bersejarah, Mercusuar Cikoneng. Secara spontan saya mengaktifkan mode perekaman video di kamera mirrorless yang saya bawa. Spontan juga saya mulai menghadapkan lensa ke arah saya lalu berbicara layaknya seorang reporter televisi yang sedang meliput sebuah destinasi wisata. Alamak! Itulah kali pertama saya merekam vlog, meskipun ini bukanlah vlog pertama yang saya published. Saat itu saya sedang bersama seorang teman dan saya pun berlagak mewawancarainya. Ia tampak kaku dan malu-malu serta enggan memberikan tanggapan yang panjang lebar. Lensa kamera pun saya arahkan ke bangunan mercusuar yang amat tinggi itu sambil membaca plang nama yang ada di atas pintu.

Sebuah excitement yang tidak terduga pagi itu, saya mencoba merekam situasi di sekitar mercusuar peninggalan kolonial Belanda itu. Ada beberapa bungalow yang sepertinya disewakan untuk para wisatawan. Tampaknya ada sebuah keluarga yang sedang berakhir pekan di sana. Dua orang anak kecil nampak berlari-lari di taman depan Mercusuar Cikoneng. Anak-anak itu lugu dan malu-malu saat saya mencoba untuk mewawancarainya. Hehehe...

Lihat postingan ini di Instagram

Titik Nol Kilometer Jalan Raya Pos yang menghubungkan Anyer dan Panarukan, yang dibangun pada masa pemerintahan Daendels, gubernur jenderal Hindia Belanda menggunakan kerja paksa. Sejarah penjajahan yang kelam karena banyak pekerja yang meninggal selama pembangunan jalan. Tugu ini juga menandai lokasi Menara Suar Cikoneng Lama berdiri sebelum dihancurkan letusan Gunung Krakatau. Kilometre Zero of The Great Post Road (De Grote Postweg) that connects Anyer and Panarukan, built during the reign of Daendels, governor-general of the Dutch East Indies using forced workers. Such a dark history of colonialism since many workers had died during the road construction. This statue also marks the location of Old Cikoneng Lighthouse before destroyed by Krakatoa's eruption

Sebuah kiriman dibagikan oleh Budiono ᮘᮥᮓᮤᮇᮔᮧ (@budionox) pada


Selain itu, di dermaga kecil ini terdapat sebuah tugu penanda Titik Nol Kilometer Jalan Raya Pos yang menghubungkan Anyer dan Panurukan. Proyek infrastruktur darat dibawah komando Gubernur Jenderal Daendels itu memang masih dikenang sampai saat ini sebagai salah satu peristiwa sejarah yang menyedihkan karena banyak rakyat yang meregang nyawa selama pembangunan ini berlangsung. Apalagi Daendels terkenal sebagai gubernur jenderal yang tangan besi.

Tidak jauh dari situ, terdapat sebuah tugu peringatan lain yang merupakan serpihan Mercusuar Cikoneng lama yang hancur dihantam letusan Gunung Krakatau. Adapun menara suar yang berdiri tegak saat ini merupakan Mercusuar Cikoneng yang baru dibangun setelah bencana alam tersebut.

Begitulah cerita perjalanan saya di Anyer yang menjadi awal saya membuat vlog meskipun baru dipublikasikan lebih dari setahun kemudian. Di dermaga kecil ini kita bisa belajar mengenai banyak peristiwa sejarah di masa silam. Mercusuar, bongkahan sisa letusan, dan titik nol Jalan Raya Pos semuanya berkisah tentang sejarah bangsa kita di masa kolonial Belanda. Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Sejarah kelam di masa silam memang meninggalkan luka tersendiri. Walaupun demikian, kita bisa banyak belajar dari hal tersebut agar tidak lagi terulang di masa yang akan datang. Salam!


Jangan lupa subscribe channel Berbudi TV dan saksikan seri vlog perjalanan terbaru di TRAVLOGUE ~ Travel Vlog Lo dan Gue.