Awal Terbentuknya Kota
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi terbentuknya sebuah kota. Pertama, sebuah kota dapat terbentuk di suatu wilayah yang memiliki sumber daya alam yang kaya. Sebagai contoh, kita dapat melihat kegemilangan Kuala Lumpur di negeri jiran yang dahulu merupakan kawasan pertambangan. Kedua, wilayah yang menjadi median location atau tempat transit juga bisa berkembang menjadi sebuah kota. Kota-kota seperti ini biasanya dibangun di kawasan pelabuhan di mana terjadi pergantian moda transportasi dalam pengangkutan barang (dari kapal ke truk) atau yang bisa disebut sebagai transitment point. Ketiga, sebuah kota bisa pula dibuat atau didesain langsung oleh pemangku kebijakan. Misalnya saja, Bandung, Bogor, dan Malang yang sengaja dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai kota peristirahatan karena memiliki udara yang dingin. Ada pula kota Palangkaraya yang menjadi satu-satunya kota yang dibangun setelah Indonesia merdeka di tengah-tengah belantara Kalimantan.
Aglomerasi Ekonomi dan Manfaat Yang Ditimbulkan
Suatu kota terbentuk karena adanya pengumpulan orang dan aktivitas ekonomi di suatu tempat atau yang biasa disebut dengan istilah aglomerasi ekonomi, yaitu berkumpulnya aktivitas-aktivitas ekonomi di lokasi yang sama untuk menghasilkan manfaat ekonomi yang pada akhirnya mendorong perusahaan-perusahaan untuk membentuk kluster.
Manfaat-manfaat yang didapatkan perusahaan dari aglomerasi, antara lain:
- Economies of scale, biaya produksi per unit barang menjadi lebih murah jika memproduksi dalam skala besar karena adanya indvisible input.
- Sharing labor pool, biaya pencarian tenaga kerja menjadi murah, misalnya: di Jakarta yang banyak terdapat stasiun televisi, perusahaan akan mudah mencari pekerja di bidang pertelevisian sehingga biaya pencarian tenaga kerja menjadi murah, sedangkan di Palangkaraya akan susah untuk mencari tenaga kerja di bidang pertelevisian sehingga biaya pencarian tenaga kerja menjadi lebih mahal.
- Labor matching, adanya kecocokan antara kebutuhan skill tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan dengan skill yang dimiliki tenaga kerja yang tersedia sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk training tenaga kerja. Apabila tingkat labor matching rendah (dengan kata lain skill yang dibutuhkan tidak cocok dengan skill tenaga kerja yang tersedia) maka perusahaan harus mengadakan training dengan biaya yang tidak sedikit. Perusahaan bisa mengalami kerugian berarti jika tenaga kerja yang telah selesai menjalani training memilih untuk keluar atau pindah kerja (pembajakan tenaga kerja).
- Knowledge spillover, adanya efek limpahan pengetahuan yang akan menguntungkan perusahaan. Fenomena ini juga muncul ketika adanya foreign direct investment (FDI), contohnya: masuknya waralaba siap saji asing di Indonesia menimbulkan knowledge spillover yang menyebabkan menjamurnya penjual fried chicken dan hamburger.
Selain manfaat, kluster juga menimbulkan biaya bagi perusahaan, yaitu:
- Biaya oportunitas karena perusahaan harus membagi pasar dengan pesaing (tidak memiliki pasar eksklusif) sehingga dapat menurunkan penjualan.
- Perusahaan tidak bisa memperoleh profit margin yang besar.
- Biaya perusahaan untuk pindah ke kluster mahal.
Akan tetapi, benefit dari kluster hampir selalu lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan.
Ada dua jenis aglomerasi ekonomi, yaitu:
- Localization economies, berkumpulnya industri karena alasan-alasan produksi yang akan menurunkan biaya produksi dan memudahkan proses produksi.
- Urbanization economies, berkumpulnya industri mendekati pasar yang besar di daerah perkotaan.
Kegiatan aglomerasi ini pada akhirnya akan berpengaruh pada urban size. Besarnya ukuran urban size akan memberikan manfaat-manfaat, antara lain: join labor supply, learning opportunity, dan social opportunity.
Artikel ini merupakan ringkasan dari materi perkuliahan yang disampaikan oleh Sonny P. Harmadi, Dosen FEUI untuk mata kuliah Ekonomi Perkotaan.
0 Comments