Sedikit terlambat untuk cerita kedua di bulan ini. Mungkin saya ingin bercerita tentang seseorang yang dekat dengan saya. Tanpa dinyana ia berupaya mengejar rencana dan mencapai bahagia dengan caranya. Meski dengan cara yang berbeda dari jalur konvensional yang dipandang banyak orang sebagai sesuatu yang mapan, aman, dan menjanjikan. Ia berani mengambil langkah yang tentu saja tidak mudah karena memiliki banyak tantangan dan risiko. Suatu langkah yang mungkin tidak terpikir di antara kami, rekan-rekan dalam lingkarannya. Tetapi nyatanya ia yang berani memulai menyusun suatu rencana yang kelak dapat berbuah manis pada masanya.
Mendengar kabar itu tentu saya ikut bahagia. Bagaimana tidak, memutus tali rejeki yang selama ini mengangkat angka di atas kertas sangatlah berisiko. Bagaimana bila putusnya tali itu akan membuatnya terpuruk? Apa yang akan dia perbuat? Kembali ke asalnya? Ternyata kekhawatiran kami berlebihan tapi kami sekadar bertenggang rasa. Mencoba membayangkan berada di posisinya. Keadaan sebenarnya ternyata berkebalikan, ia sudah mengambil jalannya dengan berbagai peluang yang digelutinya. Selamat dan sukses, saya pun berharap kelak apa yang ditujunya bisa terwujud.
Renjana? Apakah memang kita harus hidup untuk mengejar renjana? Menyusun rencana demi renjana? Menggeluti renjana demi bahagia? Imajiku pun mengawang. Tak bisa diputuskan dengan mudah tatkala renjana yang ingin kita raih belum menjanjikan imbal hasil yang pasti untuk melanjutkan hidup. Sepertinya saya masih harus memikirkannya. Berada dalam lindungan jaring pengaman membuat kita hidup lebih terjamin, namun terkadang rasa jenuh dan keinginan sesuatu yang lebih menjadi setan penggoda. Lebih? Lebih sesuai keinginan? Lebih sesuai mimpi? Lebih menghasilkan banyak tanpa harus berbuat lebih? Lebih sejalan dengan renjana yang ingin diraih? Mungkin lebih semua itu.
0 Comments