Berwisata di Penang belum lengkap rasanya jika belum menjelajahi George Town. Tempat yang ngehits dengan sajian grafiti atau street art-nya ini memang memberikan kesan nostalgia tersendiri bagi para wisatawan dan juga menjadi latar swafoto yang menarik. Beragam bangunan tua dan bersejarah berjajar rapi. Belum lagi beraneka corat-coret di tembok beserta properti pelengkapnya menjadi suatu sajian seni yang tidak biasa. Siap menjelajah George Town?
Meskipun awalnya terkesan seperti kota tua pada umumnya seperti yang bisa kita temui di Melaka, George Town kesohor dengan sajian street art yang sangat beragam. Di peta wisata Penang, kita bisa mengetahui lokasi dari street art tersebut. Satu yang perlu disiapkan adalah alas kaki yang nyaman karena kita harus menyambangi beberapa jalan dan gang. Suasana yang tidak jauh beda dengan ibukota kita Jakarta.
Meskipun awalnya terkesan seperti kota tua pada umumnya seperti yang bisa kita temui di Melaka, George Town kesohor dengan sajian street art yang sangat beragam. Di peta wisata Penang, kita bisa mengetahui lokasi dari street art tersebut. Satu yang perlu disiapkan adalah alas kaki yang nyaman karena kita harus menyambangi beberapa jalan dan gang. Suasana yang tidak jauh beda dengan ibukota kita Jakarta.
Selain street art yang instagramable dan menjadi buruan wisatawan tua maupun muda yang ingin ber-selfie sukaesih, George Town memiliki beraneka gedung atau bangunan yang memiliki nilai historis tersendiri. Salah satunya adalah gedung George Town World Herritage Inc. yang berdiri kokoh di sudut jalan.
Ketika saya berkunjung ke George Town di pagi hari, gedung World Herritage Inc. inilah yang menjadi titik awal penjelajahan saya. Bermodal Google Maps, saya pun bertolak menuju salah satu karya seni jalanan yang tersohor. Sepanjang jalan saya mendapati beraneka bangunan ruko dan rumah peribadatan yang terkesan klasik. Di dalam gang pun terdapat hunian penduduk yang tidak jauh berbeda dengan Jakarta.
George Town juga menyajikan beragam sajian kuliner peranakan yang khas. Saya sendiri lebih memilih kuliner khas Malaysia, yaitu nasi lemak dan teh tarik untuk sarapan dengan harga yang relatif terjangkau. Tak jauh dari tempat saya makan, ada pula restoran tionghoa vegetarian. Pagi itu memang belum banyak tempat kuliner khas yang buka. Pusat jajanan di Penang biasanya baru buka di sore hari saat matahari tak lagi terik.
George Town juga memberikan gambaran yang indah tentang hidup harmonis dalam keberagaman. Di sana dapat ditemui beberapa rumah peribadatan dengan jarak yang relatif dekat. Setidaknya saya menemui dua masjid, yaitu Masjid Melayu (Jamek) Lebuh Acheh Pulau Pinang dan Masjid Kapitan Keling. Selain itu saya melewati dua kuil/vihara, serta satu gereja (St. George's Church) yang berdiri cukup megah dengan area halaman yang luas.
Di depan gereja St. George terdapat halte bus dan kita dapat transit ke destinasi lainnya dari sini. Yang menarik, selain bus berbayar, Penang juga menyediakan bus tur kota gratis yang dinamai Central Area Transit atau disingkat CAT. Tidak ada salahnya untuk berkeliling sejenak melihat-lihat area George Town dan sekitarnya dengan bus ini. Jangan takut tersesat karena bus ini akan mengakhiri perjalanannya di terminal. Dari sana tersedia banyak pilihan bus ke berbagai penjuru di Penang. Jangan malu untuk bertanya pada petugas di sana.
Kesimpulan
Meskipun memiliki daya tarik tersendiri, George Town mungkin tidak cocok untuk semua wisatawan. Selain street art-nya yang mendunia, landmark lain di George Town terkesan biasa saja dan kurang menarik bagi sebagian orang. Walaupun demikian, keberagaman budaya yang ada di George Town memberikan warna tersendiri. Untuk ukuran liburan luar negeri dengan budget hemat, liburan ke Penang, khususnya George Town bisa menjadi pilihan alternatif selain Kuala Lumpur dan Singapura. Punya pendapat lain tentang Penang dan George Town? Silakan komentar di bawah.
0 Comments