Banyak mahasiswa yang gemar belajar dengan sistem kebut semalam (SKS) yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah cramming. Faktanya, SKS bukanlah cara yang baik untuk belajar karena materi yang dipelajari tidak akan bertahan lama di dalam otak dan dapat dengan mudah terlupakan begitu ujian telah usai. Itulah mengapa banyak orang tidak begitu menguasai materi mata kuliah yang pernah diambil walaupun mendapatkan nilai ujian yang memuaskan.


Beberapa waktu lalu, saya pernah mengambil kuliah online bertajuk "Learning How to Learn" yang diajar oleh Dr. Barbara Oakley dan Dr. Terrence Sejnowski dari Universitas California, San Diego melalui platform Coursera. Materi yang diajarkan benar-benar membantu saya memahami proses belajar yang baik dan benar. Berikut ini adalah beberapa kiat yang dikutip dari kuliah tersebut:

Terus Berlatih dan Ulangi Lagi
Latihan dan repetisi adalah hal yang penting dalam proses belajar. Keduanya membantu memperkuat struktur saraf di dalam otak sehingga kita dapat menyimpan materi pelajaran dalam jangka waktu yang lama. Latihan yang berulang-ulang ini dapat mengubah materi yang dipelajari dari working memory menjadi long-term memory. Proses ini dapat dianalogikan seperti latihan otot di gym. Untuk membentuk otot yang kuat, kita harus berlatih secara rutin dan melakukan repetisi di bagian tubuh yang ingin kita bentuk. Sama halnya dengan proses belajar. Untuk membangun penguasaan materi yang kuat di pelajaran tertentu, kita harus berlatih secara rutin dan melakukan repetisi di pelajaran tersebut dari hari ke hari.

Tinggalkan Cara Belajar SKS
Cramming atau SKS bukanlah cara belajar yang baik dan benar. Mungkin cara ini bisa membuat kita lulus ujian, akan tetapi kita tidak dapat menyimpan materi yang dipelajari dalam jangka waktu yang lama. Kita dapat deng mudah melupakan materi tersebut karena proses belajar yang dijalani belum membentuk struktur saraf yang kuat. Kembali ke latihan otot di gym, apakah mungkin otot yang kuat dibentuk dalam latihan selama satu hari?

Jangan Suka Menunda-Nunda
Menunda-nunda atau dalam bahasa Inggris disebut procrastination adalah kebiasaan buruk dan merupakan akar masalah dari SKS. Pelajar cenderung menunda waktu belajar karena banyak hal lain yang lebih menarik untuk dilakukan dibandingkan belajar. Namun, kebiasaan menunda juga dapat disebabkan karena kita terlalu fokus pada hasil, bukan pada proses. Sebagai contoh, tujuan utama kebanyakan mahasiswa adalah lulus ujian. Itulah yang menyebabkan mereka menunda untuk belajar dan memilih untuk melakukan SKS sebelum ujian berlangsung. Jika kita fokus pada proses belajar, kita dapat mengurangi penundaan dengan menjadwalkan sesi belajar secara rutin setiap harinya. Dengan demikian, kita tidak hanya mendapatkan nilai yang bagus dan lulus ujuan, tetapi juga dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan menciptakan long-term memory atas materi yang dipelajari.

Buat Pola Belajar Menyenangkan dengan Reward
Penting kiranya untuk memberikan reward untuk diri kita di setiap jeda dalam sesi belajar. Misalnya, belajar selama 25 menit, lalu beri jeda 5 menit untuk menikmati snack, lanjutkan belajar kembali belajar selama 25 menit dan seterusnya. Reward seperti inu dapat meringankan pikiran dan menjadi lebih relaks. Lama-kelamaan otak akan mengasumsikan bahwa sesi belajar tidaklah berat dan membuat stress sehingga kebiasaan menunda dapat terus berkurang.

Bagi-bagi Materi agar Mudah Dipelajari
Membagi-bagi materi pelajaran menjadi beberapa bagian atau dikenal pula dengan istilah chunking dapat membuat pelajaran menjadi lebih mudah diserap. Dalam dunia neurosains, chunk diartikan sebagai bagian dari informasi yang terikat satu sama lain berdasarkan kegunaan atau arti. Sebagai contoh, dalam mempelajari bahasa asing, akan lebih mudah mempelajari materi berdasarkan konteks tertentu atau penggunaannya. Oleh karena itu, materi dalam buku teks bahasa umumnya dikelompokkan berdasarkan situasi tertentu sehingga memungkinkan untuk dipelajari dengan cara chunking.

Waspadai Ilusi Kepandaian
Seseorang seringkali berpikir bahwa ia telah menguasai materi pelajaran, padahal sebenarnya ia belum menguasainya. Banyak hal yang dapat menimbulkan Ilusi kepandaian (illusion of competence), antara lain: mengintip kunci jawaban dan meng-highlight buku teks. Oleh karena itu, jangan bohongi diri kita! Selalu uji diri saat belajar, tanpa mencontek. Hindari membuat banyak highlights di buku teks karena hal ini membingungkan dan membuat asumsi palsu bahwa kita telah menguasai materi yang di-highlight tersebut. Sebaiknya kita coba menuliskan ulang hal-hal penting yang telah dipelajari dan diingat sebagai salah satu bentuk latihan.