Dahulu saya kerap kali mengagumi museum sejarah alam yang ada di luar negeri, yang biasanya hanya saya lihat di dalam film atau serial televisi. Ternyata Indonesia pun telah memiliki museum nasional sejarah alam yang terletak di Kota Bogor, yang merupakan pengembangan dari museum etnobotani. Saya sendiri belum pernah berkunjung ke sana. Pengalaman pertama berkunjung ke museum sejarah alam justru di negara tetangga atas Sulawesi, Filipina yang saat ini memiliki National Museum of Natural History. Beberapa waktu lalu akhirnya saya berkesempatan berkunjung ke salah satu museum nasional yang ada di kota Manila ini.
![]() |
Tampilan luar National Museum of Natural History di Manila, Filipina. |
Dari luar saja saya sudah mengagumi arsitektur museum yang bergaya klasik nan megah. Puluhan anak tangga menyambut pengunjung yang ingin memasuki area museum. Kabar gembiranya museum ini tidak memungut biaya masuk sepeser pun. Sebagai konsekuensinya, kita pun harus rela mengantri puluhan menit untuk mendapatkan giliran masuk mengingat banyaknya pengunjung. Antrian pun mengular dari di deretan anak tangga sampai pintu masuk.
![]() |
Antrian penitipan barang sebelum memasuki ruangan museum. |
Sebelum masuk, bawaan pengunjung akan diperiksa terlebih dahulu. Kemudian, pengunjung harap mendaftar terlebih dahulu dengan menunjukkan kartu identitas atau paspor. Saya lupa persis prosesnya karena saat itu dipandu seorang teman asal Filipina. Barang bawaan yang besar seperti tas ransel tidak diperbolehkan untuk dibawa sehingga harus dititipkan terlebih dahulu. Antrian di depan tempat penitipan barang pun tak terelakkan. Namun, apabila tidak ada barang yang perlu dititipkan kita dapat langsung mengeksplorasi isi museum.
Berada di atrium museum, saya dibuat kagum dengan interior museum yang bernuansa futuristik dengan paduan ilustrasi satwa khas yang ditemui di Filipina. Berbeda sekali dengan tampilan luar museum yang bernuansa jadul, dari dalam museum ini terlihat begitu modern. Di bagian atas, museum ini beratapkan kaca-kaca bermotif segitiga yang sekaligus memberikan pencahayaan yang hemat energi. Di tengah-tengah terdapat elevator yang semakin mengesankan nuansa futuristik yang membuat tempat ini tak ubahnya tempat peluncuran roket. Selain elevator, terdapat pula tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai lainnya. Tangga ini pula yang menjadi sarana utama bagi pengunjung untuk mengeksplorasi isi museum.
Koleksi museum ini pun sangat beragam. Di bagian atrium terdapat replika tulang-belulang dinosaurus yang menarik perhatian. Sayangnya, replika tersebut tidak utuh menampilkan anatomi makhluk purba tersebut. Yang ada hanyalah bagian kepala dan kaki saja dari beberapa spesies. Beranjak dari atrium, kita dapat menjelajahi satu per satu ruangan yang ada di museum. Masing-masing ruangan memiliki tema yang berbeda-beda. Koleksi yang ditampilkan menyesuaikan dengan tema ruangan tersebut.
Sesuai namanya, museum ini memajang berbagai koleksi flora dan fauna yang ditemui di alam Filipina, baik di darat maupun di perairan. Koleksi yang dipamerkan merupakan hasil pengawetan. Walaupun demikian, ada pula yang hanya berupa replika.
Turut ditampilkan pula diorama dan model ekosistem yang membuat kita seolah-olah sedang berada di alam liar. Ada pula sebuah set yang menampilkan suasana ekspedisi alam liar lengkap dengan tenda dan berbagai peralatan outdoor lainnya.
Suatu pengalaman yang menyenangkan berkunjung ke museum ini dengan arsitekturnya yang menawan. Interior futuristik dari museum ini bisa menjadi objek fotografi yang unik. Koleksi yang dimiliki pun cukup menarik. Dari sini kita bisa mempelajari sejarah alam, khususnya keanekaragaman hayati dan ekosistem yang dimiliki negara tetangga ini yang tidak begitu berbeda dengan Indonesia. Oleh karena itu, jika sedang berada di Manila, tidak ada salahnya untuk berkunjung ke museum ini.
0 Comments