Selasa malam lalu, 31 Oktober 2017, saya akhirnya berkesempatan untuk menyaksikan film dokumenter "White Shoes and the Couple Company di Cikini". Ya, film ini merupakan film yang mendokumentasikan kisah band indie favorit saya, White Shoes and the Couple Company (untuk selanjutnya disingkat White Shoes saja agar tidak kepanjangan).

Sebenarnya sudah lama saya ingin menonton film ini karena saya sendiri adalah penggemar White Shoes dan pengikut setia grup ini di sosial media. Film dokumenter ini rilis tahun lalu dan sempat ditayangkan beberapa lembaga kesenian. Namun sayang kala itu saya belum sempat untuk menontonnya. Hingga akhirnya, tanpa diduga-duga kesempatan itu datang satu tahun setelah perilisan film ini pada acara pemutaran film bertajuk Arthouse Cinema yang dihelat Goethe Institut bertempat di Goethe Havs, Menteng, Jakarta. Karena lokasinya yang tidak begitu jauh dari kantor, saya pun langsung meluncur selepas pulang kerja ke lokasi pemutaran.

Meskipun tidak full house, sebagian besar kursi auditorium terisi. Nampak sekali antusiasme penggemar White Shoes yang hadir menonton malam itu. Sebagian penonton memang baru sekali ini menyambangi Goethe Havs, termasuk saya, datang khusus untuk menyaksikan film dokumenter ini.

Suasana sebelum pemutaran film dimulai.
Tepat pukul 19.00, para penonton sudah memasuki teater tempat film diputar. Acara dibuka dengan sambutan dari penyelenggara yang menjelaskan singkat tentang acara Arthouse Cinema yang kali ini mengambil tema musik dan kota. Mereka pun baru tahu belakangan, kalau ada film dokumenter Indonesia yang cocok untuk diputar dalam rangkaian Arthouse Cinema tahun ini.

Film "White Shoes and the Couple Company di Cikini" memang memberikan sorotan lebih pada tempat mereka mulai merintis karir sebagai band indie, yaitu daerah Cikini, Jakarta Pusat. Maklum band ini memang dilahirkan dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) sehingga akrab dengan daerah Cikini, khususnya Taman Ismail Marzuki (TIM) yang sarat nuansa seni sejak zaman dulu.

Jadi cerita yang disampaikan pun hampir sepenuhnya berlatar Cikini. Para personil dan sahabat White Shoes banyak berkisah tentang awal mula terbentuknya band lengkap dengan untold story di balik lagu-lagu yang dipopulerkan White Shoes. Diceritakan pula kisah di balik panggung konser pulang kampung mereka yang bertajuk "Konser di Cikini". Tak kalah menarik, ditampilkan pula tingkah polah dan komentar para penggemar White Shoes yang menghadiri konser tersebut. 

Saya termasuk salah satu penonton "Konser di Cikini" dan sangat, sangat menikmatinya. Saya memang sudah cukup akrab dengan lagu-lagu White Shoes, namun untuk penampilan live, "Konser di Cikini" adalah kali pertama bagi saya. Saking senangnya, usai konser saya tak henti mendengarkan kembali seluruh album White Shoes dan mencari-cari kesempatan berikutnya untuk melihat aksi panggung band yang sudah melanglang buana ke berbagai benua ini. 

Seperti lagu-lagunya yang memiliki tema sederhana dan apa adanya, film dokumenter White Shoes juga dibuat apa adanya. Tak pelak banyak momen yang mengundang tawa penonton karena aksi personil yang penuh kepolosan dan tak dibuat-buat. Kesederhanaan dan tampilan yang gak neko-neko inilah, menurut saya, yang jadi alasan mengapa White Shoes banyak disukai penggemarnya. Karena kesederhanaan ini membuat orang lebih gampang mengaitkan isi lagunya dengan pengalaman hidup sehari-hari. Bahasa Indonesia yang digunakan pun cenderung puitis dan baku bak di tahun 1950-an membuat karya grup ini unik dan otentik.

Di akhir pemutaran, diadakan sesi tanya jawab dengan Henry Foundation (sutradara), Indra Ameng (manajer White Shoes), serta personil White Shoes, yaitu Ricky Virgana dan John Navid. Henry menceritakan kisah di balik pembuatan film ini yang merupakan film pertamanya. Sementara sang manajer bercerita pula tentang bagaimana Cikini mempengaruhi karya dan karir White Shoes. Tak ketinggalan, Ricky Virgana turut berbagi kisah bagaimana White Shoes menghadapi kegagalan.


Informasi tambahan, White Shoes baru saja merilis video klip terbaru dari lagu berjudul "Hidup Hanya Sekali" yang menjadi lagu tema pementasan teater "Perempuan-Perempuan Chairil" produksi Titi Mangsa Foundation. Video klipnya bernuansa hitam putih dengan potongan teaser para aktor dan aktris yang ikut berperan. Tak ketinggalan, para personil pun turut bergaya bak model di video klip ini. Sepertinya salah satu personil White Shoes,  Ale (Saleh) punya bakat untuk memerankan Chairil Anwar di video klip ini.