Sudah lama saya tidak merasakan sensasi kepuasan menonton film horor Indonesia. Dari era 1980-an, saya menyukai film-film horor garapan Sisworo Gautama Putra yang sebagian besar filmnya dibintangi Suzanna, sang ratu horor Indonesia. Film ikonik lain yang digarap Sisworo adalah Pengabdi Setan (1982) yang sukses memadukan atmosfir horor ala Barat dengan budaya Indonesia. Menjelang kebangkitan film Indonesia di awal 2000-an, saya pun sempat diteror seramnya film Jelangkung (2001). Namun, setelah itu film horor cenderung mengalami penurunan dari segi kualitas meskipun dari segi kuantitasnya tak pernah surut jumlahnya. Patut disayangkan memang, horor pun dipandang sebagai film kelas dua yang hanya diproduksi untuk meraup kepentingan komersial. Berbagai cara dan gimmick pun dibuat untuk menarik jumlah penonton, mulai dari adegan vulgar, komedi berlebihan, konflik antar pemain, hingga yang paling parah menampilkan pelakon porno luar negeri. Horor pun semakin kehilangan muka. Hingga akhirnya di tahun ini horor Indonesia kembali bangkit dan citranya kian terangkat setelah Ibu datang lagi...
"Fenomenal!" mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan kesuksesan film Pengabdi Setan (2017) garapan Joko Anwar. Film yang merupakan reboot film berjudul sama yang menggentayangi bioskop tahun 1980-an ini berhasil menghasilkan pencapaian berarti, bahkan melampaui film aslinya. Sebelum perilisan resminya, film ini sudah marak menjadi buah bibir dan disebut-sebut sebagai film horor Indonesia terseram. Reaksi penonton saat menonton pemutaran perdana film ini pun sempat viral di kanal Youtube dan semakin membangun rasa penasaran para pecinta film.
Dari sisi sinematografi, film ini menampilkan pengambilan gambar yang mumpuni dan bisa diadu dengan film horor garapan Hollywood. Tak ayal, penonton pun membandingkannya dengan film horor box office Amerika seperti Insidious, The Conjuring, dan Annabelle. Suatu peningkatan yang berarti bagi kualitas film horor Indonesia. Selain itu, film ini pun menjadi film Indonesia yang dibuat dalam format 4DX buah kerjasama dengan CJ Entertainment. Teknologi 4DX memungkinkan penonton untuk merasakan sensasi yang nyata kala menonton di bioskop. Film ini pun jadi lebih seram karena penonton bisa ikut mencium aroma rumah tua, wangi bunga melati, hingga ombang-ambing tubuh saat disatroni hantu Ibu.
Dari sisi penceritaan, film horor ini tetap mengikuti pakem horor klasik Indonesia (sosok wanita meninggal yang arwahnya gentayangan). Namun, di pertengahan alur, film ini mulai menunjukkan warna berbeda. Cerita tentang sekte pemuja setan yang tak lazim dalam budaya Indonesia turut dimasukkan. Unsur ini penting dimasukkan sebagai penjelasan dari makna judul film ini sendiri. Ironisnya, unsur sekte ini malah minim penjelasan di film aslinya bahkan tidak ada sama sekali. Sementara di versi 2017 ini, hal-hal terkait pengabdi setan yang sebenarnya seakan dijelaskan secara gamblang di paruh kedua film. Bukan Joko Anwar namanya kalau tidak menyelipkan twist. Penceritaan sekte di tengah film ternyata direvisi mendadak di penghujung cerita sehingga menciptakan kebingungan dan misteri tersendiri bagi penonton. Film pun ditutup dengan tanda tanya besar tentang siapa sebenarnya dua tokoh baru yang diperkenalkan di akhir film. Sosok sang wanita tak asing bagi para penonton versi 1982, dia adalah Darminah sang "pengabdi setan" di film sebelumnya. Di luar itu, masih banyak lagi pertanyaan penonton yang belum terjawab selepas menonton film ini. Mungkin itu pula trik jitu sang pembuat film untuk menarik penonton menyaksikan film ini lebih dari sekali.
Tak ketinggalan Pengabdi Setan juga memasukkan elemen-elemen horor klasik Indonesia seperti lagu tema yang mencekam dan selipan komedi pelepas ketegangan. Lagu "Kelam Malam" (The Spouse) yang dinyanyikan tokoh Ibu selagi masih hidup dan kembali terdengar saat Ibu datang. Elemen ini mengingatkan saya dengan lagu "Selamat Malam" (Vina Panduwinata) di film Malam Satu Suro yang pernah dinyanyikan Uke alias Suketi sebanyak dua kali dalam wujud manusia dan sundel bolong. Sampai saat ini pun lagu ini terus melekat dalam ingatan saya, sepertinya begitu pula lagu "Kelam Malam" yang sama-sama memiliki nuansa kelam menakutkan.
Walaupun laju jumlah penonton di awal bisa dibilang tidak terlalu membludak, lambat laun jumlah penonton semakin bertambah. Tak sedikit orang yang menonton berkali-kali. Maklum film ini menyimpan banyak teka-teki yang tak terpecahkan. Pengabdi Setan pun semakin ramai dibahas khlayak. Mulut ke mulut ini pun jadi mesin pemasaran yang cukup efektif, film ini pun terus menarik penonton berdatangan hingga akhirnya berhasil menembus rekor sebagai film horor Indonesia paling laris melampaui angka 3,4 juta penonton dalam 25 hari penayangannya.
Yang membuat salut, pencapaian box office film ini diraih bukan dengan gimmick. Dalam beberapa kesempatan, sang sutradara segan untuk menceritakan kisah mistis selama pembuatan film. Padahal menjual kisah seram di lokasi syuting merupakan praktik yang cukup lumrah saat promosi sebuah film horor. Namun berbeda dengan Pengabdi Setan, alasannya sang sutradara tidak ingin penonton menyaksikan film ini karena gimmick cerita mistik bukan karena filmnya itu sendiri. Film ini pun tidak memasang aktor dan aktris kekinian yang digandrungi millennial. Penonton berdatangan purely karena ingin melihat teror sang Ibu. Lucunya lagi, meskipun dirasa seram, dunia maya sempat beberapa kali dihebohkan dengan beragam meme Ibu yang beredar sehingga hype dari film ini pun tetap terjaga.
Tidak berhenti sampai di situ. Kesuksesan Pengabdi Setan dari pencapaian jumlah penonton juga dibarengi dengan kesuksesan dari pencapaian nominasi terbanyak di Festival Film Indonesia (FFI) 2017. Hal yang langka bagi sebuah film horor. Prestasi ini pun semakin menasbihkan film ini sebagai film horor Indonesia terbaik dan tersukses. Momen yang sudah lama dinantikan pecinta film horor Indonesia yang amat merindukan tontonan horor yang berkualitas, tidak hanya sekedar menjual gimmick atau nama besar artis semata.
Lalu, pertanyaan selanjutnya, sampai kapan Pengabdi Setan versi 2017 ini menduduki tahta film horor indonesia paling fenomenal? Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Besar harapan agar para sineas dalam negeri dapat menjadikan film ini sebagai tolak ukur dalam menelurkan film-film horor di masa mendatang untuk dapat melebihi atau setidaknya menyamai pencapaian Pengabdi Setan, walaupun itu tidaklah mudah. Kita tunggu saja!
0 Comments