Minggu lalu (15 Mei 2016) adalah kesekian kalinya aku mengikuti perhelatan lari berjarak 5 kilometer setelah vakum cukup lama dari dunia lelarian. Ajang tersebut adalah EU5K yang diselenggarakan perwakilan Uni Eropa di Indonesia dalam rangkaian acara Bulan Eropa. Tahun lalu aku sempat pula mengikutinya. Ajang ini cukup ramai diikuti bukan hanya para pelari tapi juga pejalan kaki karena memang acara ini tergolong fun run walaupun ada hadiah untuk pelari tercepat.
Lewat pukul 6.00 aku sudah merapat di garis start sambil melakukan pemanasan. Sangat disayangkan pelepasan pelari sedikit terlambat dari jadwal. Lomba lari pun dimulai dengan keriangan. Sebagian peserta sempat melukiskan bendera negara-negara Uni Eropa di pipi mereka, sebagian lagi ada yang bergaya dengan aksesoris nyentrik memeriahkan acara berlari ria. Sebenarnya aku ingin dilukis juga, namun melihat antrian yang cukup panjang jadi malas. Alangkah baiknya kalau tahun depan panitia sudah menyediakan tato wajah bergambar bendera, jadi peserta tidak harus mengantri untuk menghias pipi mereka dengan warna-warni bendera anggota Uni Eropa.
Aku mulai lomba dengan cukup kalem, tidak terlalu terobsesi memecahkan rekor pribadi. Namun, banyaknya orang yang berjalan di depan membuat kaki gatal untuk mendahului mereka. Lari, jogging, jalan semua dilakukan untuk mencapai garis finish. Aku pun demikian karena memang sudah lama tidak latihan dan kondisi fisik yang tidak 100% bugar. Akhirnya, jarak 5,14 km berhasil ku tempuh dalam waktu 36 menit 20 detik. Ya, cukup standard untuk ukuranku, mungkin kalau rutin latihan bisa lebih cepat lagi. Medali pun dikalungkan dan refreshment berupa air mineral dan apel pun disajikan melimpah.
Sambil menenggak air mineral dan menggerogoti apel bak ulat kelaparan, aku mengular menunggu giliran foto. Antriannya belum terlalu panjang, kesempatan untuk bergaya dan cetak foto gratis tanpa harus menunggu lama. Tapi apes buatku, begitu tiba giliranku, photo booth ditutup sementara karena akan digunakan untuk wawancara langsung CNN Indonesia dengan perwakilan Uni Eropa. Kesal dan geregetan rasanya, panitianya kurang peka melihat antrian yang sudah sangat panjang penuh kekesalan. Reportase yang sebelumnya dibilang hanya tiga menit ternyata berjalan lebih dari 15 menit. Panitia hanya bisa tersenyum sambil minta maaf. Aku hanya bisa menggerutu sambil tersenyum penuh kepalsuan. Panitia lain ada yang mengusulkan untuk memindahkan lokasi wawancara ke panggung utama. Aku pun mendukung ide tersebut tapi si kamerawan tidak menyanggupinya. Sang reporter nampak harap-harap cemas menanti giliran live dari studio. Lama sekali, huh! Ya, wawancara pun usai. Aku sebagai antrian yang pertama langsung disuruh berfoto untuk mempersingkat waktu dan tada... Nice pic, anyway. Rasa kesal mengantri sudah terobati.
Esok hari aku akan berlari lagi, tetapi kali ini jarak yang ku tempuh jauh lebih panjang, 21 km. Wahaha, benar-benar nekad. Aku yang jarang latihan ini merasa tertantang untuk berlari half-marathon karena selama ini hanya stuck di 10 km. Aku memang haus akan tantangan karena hal yang biasa-biasa saja lama-lama membuat kita bosan. Tantangan baru diperlukan untuk menyegarkan pikirkan sembari menyadarkan diri kita akan kemampuan kita yang sebenarnya. Kalau tidak dicoba, kita takkan tahu.
Keikutsertaanku dalam dunia lari juga diawali dengan tantangan pribadi akan kemampuanku dalam menaklukkan jarak dari awalnya hanya 5 km menjadi 10 km dan kini 21 km. Apalagi berlari sebenernya aku bukan hanya bergantung kekuatan fisik semata, namun yang lebih penting adalah mental. Kepercayaan diri atas kemampuan kita sangat menentukan keberhasilan menapaki garis finish. Inilah yang membuat berlari menyenangkan, kita bisa melatih fisik dan mental secara bersamaan. Esok akan menjadi pembuktian apakah aku sudah bisa menanjak ke level berikutnya. Dari 5, lalu 10, kini ke 21.
0 Comments