Hubungan kerjasama di bidang ekonomi antara Jepang dan Indonesia telah terjalin lebih dari setengah abad. Selama itu pula, Jepang telah turut berperan dalam mendorong pembangunan ekonomi Indonesia. Peran Jepang dalam perekonomian Indonesia dapat ditinjau dari tiga aspek, meliputi sektor perdagangan, investasi, dan kerjasama ekonomi. Di bidang perdagangan internasional (ekspor-impor), Jepang adalah mitra dagang terbesar Indonesia. Begitu pula halnya dengan bidang investasi, investor-investor Jepang memainkan peran terbesar dalam penanaman modal langsung (foreign direct investment). Kemudian, Jepang juga memberikan bantuan dalam jumlah yang besar dalam skema kerjasama ekonomi sebagai upaya mendukung pembangunan di Indonesia.
Dalam perdagangan internasional, Jepang merupakan negara mitra dagang terbesar dalam hal ekspor-impor Indonesia. Pada periode 2006-2010, ekspor Indonesia memiliki tren yang meningkat, sementara impor Indonesia dari Jepang juga meningkat di tingkat yang lebih tinggi. Neraca perdagangan Indonesia-Jepang juga terus mengalami surplus walaupun trennya cenderung menurun akibat peningkatan impor lebih besar dari peningkatan ekspor. Komoditas yang diperdagangkan antara kedua negara juga beragam, sesuai dengan keunggulan komparatif dan daya saing kedua negara. Jepang mengimpor komoditas, seperti minyak bumi, gas alam cair, batubara, hasil tambang, udang, pulp, tekstil dan produk tekstil, mesin, perlengkapan listrik, dan lain-lain. Sedangkan, Indonesia sendiri mengimpor mesin-mesin dan suku cadang (spare parts), produk plastik dan kimia, baja, perlengkapan listrik, suku cadang elektronik, mesin alat transportasi, dan suku cadang mobil.
Tidak hanya itu, Jepang juga turut memainkan peran penting dalam mendorong pembangunan ekonomi di Indonesia. Sebagai negara yang memiliki kaitan historis dengan Indonesia, Jepang telah banyak memberikan bantuan kepada Indonesia, baik dalam bentuk pinjaman maupun hibah. Jepang mengklaim bahwa Indonesia merupakan negara penerima ODA/Official Development Assistance (bantuan pembangunan tingkat pemerintah) terbesar dari Jepang (berdasarkan realisasi netto pembayaran pada tahun 2005 adalah US$1.22 milyar, yaitu + 17% dari seluruh ODA yang diberikan Jepang), berdasarkan data dari Kedutaan Besar Jepang di Indonesia.
Lebih lanjut, mengingat pentingnya peran Jepang dalam perekonomian domestik, memasuki masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, dibentuk forum Investasi bersama tingkat tinggi pemerintah-swasta antara Jepang dan Indonesia. Selain itu, untuk semakin meningkatkan kerjasama ekonomi antara Jepang dan Indonesia, Economic Partnership Agreement (EPA) resmi disetujui Presiden SBY dan Mantan Perdana Menteri Jepang, Mr.Abe pada tanggal 20 Agustus 2007. Pemberlakuan EPA yang mulai diimplementasikan pada tanggal 1 Juli 2008 ini, diharapkan semakin meningkatkan peningkatan perdagangan dan investasi antara kedua negara yang tentunya akan menuai banyak manfaat bagi perekonomian Indonesia.
Di sisi investasi, peran Jepang dalam perekonomian Indonesia tidak kalah penting. Walaupun sempat mengalami penurunan kuantitas investasi saat terjadinya krisis ekonomi yang melanda Asia di tahun 1997, Jepang masih menjadi salah satu negara terpenting di antara negara-negara lain yang melakukan investasi di Indonesia. Sejak tahun 1967 hingga 2007, jumlah penanaman modal langsung Jepang di Indonesia menempati peringkat pertama di Indonesia dengan angka 11,5% secara keseluruhan. Banyak perusahaan Jepang yang membuka cabang dan beroperasi di Indonesia. JETRO menyebutkan bahwa terdapat kurang lebih 1000 perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia. Hal ini tentu memberikan kontribusi pada pengurangan jumlah pengangguran di Indonesia karena keberadaan perusahaan Jepang di Indonesia tentu membuka kesempatan kerja yang luas bagi sumber daya manusia dalam negeri. Lebih lanjut, berdasarkan kutipan yang didapat dari BPKM, perusahaan-perusahaan Jepang mempekerjakan lebih dari 32 ribu pekerja Indonesia. Ini menjadikan Jepang sebagai negara penyedia lapangan kerja nomor 1 di Indonesia.
Berdasarkan data Perkembangan Realisasi Investasi PMA berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) Menurut Negara yang dipublikasikan BPKM di tahun 2010 dan kuartal pertama 2011, Jepang masih menempati peringkat tiga besar negara dengan nilai investasi mencapai US$712,6 juta dan 323 proyek (2010). Sedangkan, pada kuartal pertama 2011 telah mencapai US$345,2 juta (hampir separuh dari nilai investasi sebelumnya) dan 78 proyek. Walaupun saat ini Singapura merupakan negara dengan nilai penanaman modal asing terbesar di Indonesia,nilai investasi Jepang bersama dengan Amerika Serikat juga tergolong signifikan.
Dampak Bencana Tsunami
Tidak dapat dipungkiri, bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda Jepang baru-baru ini dapat mempengaruhi sisi perdagangan, investasi, dan kerjasama pembangunan antara Jepang dan Indonesia. Walaupun demikian, apakah dampak itu bersifat negatif atau sebaliknya masih menjadi bahan perdebatkan dan perlu dibuktikan lebih lanjut dengan data-data yang mutakhir.
Seperti dijelaskan di atas, mayoritas komoditas yang diperdagangkan antara Jepang dan Indonesia merupakan barang-barang kebutuhan primer. Muncul pendapat-pendapat yang menilai bahwa bencana tsunami ini tidak akan banyak berpengaruh pada kinerja ekspor-impor Indonesia dengan Jepang. Perdagangan antara Jepang dan Indonesia diramalkan akan tetap terjalin karena dua negara saling bergantung satu sama lain.
Lalu, terkait investasi, musibah yang mahadahsyat ini ditakutkan akan mengurangi penanaman modal asing Jepang ke Indonesia. Kerusakan di berbagai fasilitas produksi (barang modal) dan jalur distribusi di Jepang membuat ekspektasi bahwa akan banyak investor Jepang yang akan lebih memfokuskan menginvestasikan modal mereka secara domestik untuk memperbaiki bisnis mereka di Jepang sebelum menanamkan modalnya ke luar negeri.
Terkait peran Jepang sebagai negara donor terbesar bagi Indonesia, nilai bantuan (pinjaman/hibah) dari Jepang untuk Indonesia diprediksikan akan mengalami penurunan dan tidak sesignifikan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan kondisi Jepang saat ini yang juga memerlukan bantuan untuk memperbaiki negerinya yang sedang porak-poranda.
Esai ini disusun oleh Budiono sebagai bagian dari Kompetisi Esai OPINI Kanopi FEUI 2011.
0 Comments